Komunitas Internet Cerdas Indonesia (ICI) ingin menjadikan internet
sebagai wadah memberdayakan dan memaksimalkan potensi generasi muda agar
memiliki kecakapan untuk hidup mandiri. Dunia maya pun tidak lagi jadi
“setan” yang harus ditakuti dan dihindari.
Kemajuan teknologi melalui internet memang semakin memudahkan hidup manusia di muka bumi. Namun, seperti dua sisi mata uang, bergaul di dunia maya tidak hanya menawarkan beragam keuntungan, tetapi juga dampak negatif yang tak kalah berlipat. Jika tidak dilindungi dengan baik, seseorang, termasuk generasi muda yang memiliki keingintahuan begitu tinggi dan kelak menjadi pemimpin dunia, akan menderita dampak yang buruk jika salah mempergunakannya.
Atas dasar itulah, komunitas ICI dibentuk, yang pada intinya mempromosikan penggunaan internet yang cerdas, positif, dan produktif. Penggagas sekaligus Presiden ICI Rahmat Saputra bercerita, pada awalnya perkumpulan ini adalah sebuah komunitas kecil di Situbondo, Jawa Timur, tepatnya di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo dengan nama Internet Cerdas Situbondo.
Namun seiring berjalannya waktu, dia menganggap kegiatan positif ini penting untuk dibawa ke kancah nasional. Sejak 11 November 2011, komunitas ini pun berganti wajah menjadi ICI. “Banyak anak muda sekarang yang buka internet hanya main Facebook atau Twitter. Padahal, mereka bisa dapat ilmu banyak sehingga lebih cerdas dan positif. Selain itu, di internet kita juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan, dengan menjadi seorang enterpreneur misalnya,” kata dia.
Sampai saat ini, komunitas ICI telah merambah beberapa kota, seperti Medan, Yogyakarta, dan Papua. Anggotanya sendiri sudah mencapai ribuan, namun yang aktif sekitar 500 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Karena termasuk komunitas online, pertemuan dan diskusi para anggota lebih banyak dilakukan di dunia maya. Rahmat menuturkan, komunitas ICI saat ini tengah menggelar Lomba Pidato Youtube.
Dalam lomba tersebut, setiap peserta dapat membuat atau merekam pidatonya menggunakan handycam, webcam, kamera, ataupun handphone yang kemudian diunggah di akun Youtube. Ada juga Kompetisi Blog Semi SEO. Acara ini diadakan dengan tujuan untuk mengenalkan konsep hidup sehat alami bagi masyarakat Indonesia dan bangga menggunakan produk-produk herbal buatan Indonesia.
Saat ini, ICI bekerja sama dengan Jaringan 1.000 guru, yaitu sebuah komunitas yang terdiri atas mahasiswa-mahasiswa dan para profesional Indonesia yang berada di luar negeri, mempunyai program edukasi. Para guru tersebut melakukan pembelajaran jarak jauh dengan sekolah-sekolah di seluruh wilayah Indonesia tanpa batasan jarak dan wilayah. ”Ini juga sekaligus menyindir anggota dewan yang selalu kunker keluar negeri. Seharusnya dengan internet cerdas, kunker bisa ditiadakan sehingga mengurangi anggaran negara,” imbuhnya.
ICI juga selalu memberikan pengetahuan kepada para anggotanya soal entrepreneurship berbasis internet dengan target lahirnya pengusaha- pengusaha baru berbasis internet. Atas jasa dan dedikasinya, komunitas ICI pernah diundang menghadiri suatu pertemuan para praktisi internet di Singapura dan mengunjungi tempat-tempat istimewa, di antaranya kantor Google, museum nasional Singapura, dan kantor Asian Media Information and Communication Centre (AMIC), Nanyang University.
Juga dinominasikan dalam ajang Satu Indonesia pada pertengahan 2011 dan finalis IPA Social Innovation & Entrepreneurship Award 2011 yang diadakan oleh IPA (Indonesian Professional Association) di Singapura pada November 2011. Rahmat sendiri didapuk menjadi Young Changemakers Indonesia oleh ASHOKA pada 2010 lalu. ● rendra hanggara
Kemajuan teknologi melalui internet memang semakin memudahkan hidup manusia di muka bumi. Namun, seperti dua sisi mata uang, bergaul di dunia maya tidak hanya menawarkan beragam keuntungan, tetapi juga dampak negatif yang tak kalah berlipat. Jika tidak dilindungi dengan baik, seseorang, termasuk generasi muda yang memiliki keingintahuan begitu tinggi dan kelak menjadi pemimpin dunia, akan menderita dampak yang buruk jika salah mempergunakannya.
Atas dasar itulah, komunitas ICI dibentuk, yang pada intinya mempromosikan penggunaan internet yang cerdas, positif, dan produktif. Penggagas sekaligus Presiden ICI Rahmat Saputra bercerita, pada awalnya perkumpulan ini adalah sebuah komunitas kecil di Situbondo, Jawa Timur, tepatnya di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo dengan nama Internet Cerdas Situbondo.
Namun seiring berjalannya waktu, dia menganggap kegiatan positif ini penting untuk dibawa ke kancah nasional. Sejak 11 November 2011, komunitas ini pun berganti wajah menjadi ICI. “Banyak anak muda sekarang yang buka internet hanya main Facebook atau Twitter. Padahal, mereka bisa dapat ilmu banyak sehingga lebih cerdas dan positif. Selain itu, di internet kita juga bisa mendapatkan penghasilan tambahan, dengan menjadi seorang enterpreneur misalnya,” kata dia.
Sampai saat ini, komunitas ICI telah merambah beberapa kota, seperti Medan, Yogyakarta, dan Papua. Anggotanya sendiri sudah mencapai ribuan, namun yang aktif sekitar 500 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Karena termasuk komunitas online, pertemuan dan diskusi para anggota lebih banyak dilakukan di dunia maya. Rahmat menuturkan, komunitas ICI saat ini tengah menggelar Lomba Pidato Youtube.
Dalam lomba tersebut, setiap peserta dapat membuat atau merekam pidatonya menggunakan handycam, webcam, kamera, ataupun handphone yang kemudian diunggah di akun Youtube. Ada juga Kompetisi Blog Semi SEO. Acara ini diadakan dengan tujuan untuk mengenalkan konsep hidup sehat alami bagi masyarakat Indonesia dan bangga menggunakan produk-produk herbal buatan Indonesia.
Saat ini, ICI bekerja sama dengan Jaringan 1.000 guru, yaitu sebuah komunitas yang terdiri atas mahasiswa-mahasiswa dan para profesional Indonesia yang berada di luar negeri, mempunyai program edukasi. Para guru tersebut melakukan pembelajaran jarak jauh dengan sekolah-sekolah di seluruh wilayah Indonesia tanpa batasan jarak dan wilayah. ”Ini juga sekaligus menyindir anggota dewan yang selalu kunker keluar negeri. Seharusnya dengan internet cerdas, kunker bisa ditiadakan sehingga mengurangi anggaran negara,” imbuhnya.
ICI juga selalu memberikan pengetahuan kepada para anggotanya soal entrepreneurship berbasis internet dengan target lahirnya pengusaha- pengusaha baru berbasis internet. Atas jasa dan dedikasinya, komunitas ICI pernah diundang menghadiri suatu pertemuan para praktisi internet di Singapura dan mengunjungi tempat-tempat istimewa, di antaranya kantor Google, museum nasional Singapura, dan kantor Asian Media Information and Communication Centre (AMIC), Nanyang University.
Juga dinominasikan dalam ajang Satu Indonesia pada pertengahan 2011 dan finalis IPA Social Innovation & Entrepreneurship Award 2011 yang diadakan oleh IPA (Indonesian Professional Association) di Singapura pada November 2011. Rahmat sendiri didapuk menjadi Young Changemakers Indonesia oleh ASHOKA pada 2010 lalu. ● rendra hanggara
